="Rekomendasi judi online Terbaik!"

Senin, 07 Desember 2015

Imam Prasodjo berpuisi: Maaf Aku telah Meludah ke Arah Wajahmu Yang Mulia

Puisi Imam Prasodjo: Maafkan Aku Meludah ke Arah Wajahmu Yang Mulia
Jakarta - MKD DPR telah rampung memeriksa teradu kasus pencatutan nama Presiden dan Wapres, Ketua DPR Setya Novanto. Sidang yang digelar tertutup seolah hanya jadi ruang bagi Novanto untuk membacakan 12 lembar nota pembelaannya.

Begitu banyak kebetulan dalam sidang MKD tersebut. Sidang itu dipimpin oleh kolega Novanto, Wakil Ketua MKD dari Golkar Kahar Muzakir, akibatnya banyak anggota merasa ada konflik kepentingan. Tak hanya itu saja, sidang tersebut juga berbeda dengan dua sidang MKD sebelumnya yang digelar terbuka. Ya, dua sidang MKD menghadirkan pelapor Sudirman Said dan saksi Bos Freeport Maroef Sjamsoeddin digelar terbuka tak seperti hari ini yang digelar tertutup.

Novanto pun leluasa menyampaikan pembelaannya di depan anggota Mahkamah Kehormatan Dewan Yang Mulia. Dia menampik menginisiasi pertemuan dengan Maroef, membantah mencatut nama Presiden Jokowi dan Wapres JK, juga membantah meminta saham Freeport. Dia juga mempersoalkan legal standing pelapor, namun tak bicara sama sekali soal rekaman yang sudah didengar oleh seluruh rakyat Indonesia soal pertemuannya dengan Maroef dan Reza Chalid.

Sidang pemanggilan Novanto juga berlangsung tak sampai tiga jam saja jika dipotong waktu skorsing. Berbeda jauh dengan sidang pemanggilan Sudirman Said dan Maroef yang baru selesai menjelang tengah malam. Akibatnya muncul banyak pertanyaan setelah sidang 'kilat' itu berlangsung.

Di tengah desakan santer ke MKD agar memproses kasus papa minta saham ini, sosiolog UI Imam B Prasodjo membuat sebuah puisi. Berikut puisi karya Imam Prasodjo yang diunggah di Facebooknya, Senin (7/12/2015).

MAAFKAN..AKU MELUDAH KE ARAH WAJAHMU YANG MULIA
Karya: Imam Prasodjo

Tidakkah kita melihat
Sebuah kebobrokan moral 
Kasat mata diperagakan
Integritas begitu unggul bersinar
Bersanding dengan gelapnya kepalsuan

Panggilan "yang mulia" berkali diucapkan
Namun hati begitu terluka mendengar
Karena gelar dan perilaku tak bersesuaian
Karena baju kehormatan disalahgunakan 
Dijadikan penutup kebusukan dan kebobrokan

250 juta pasang mata melihat
Tenggorokan begitu kering terjerat
Tak mampu menelan ludah
Melihat kemunafikan di puncak kebejatan

Karena itu yang mulia
Maafkan aku
Kali ini aku tak tahan
Harus meludah ke arah wajahmu
Wajah kepalsuan yang bagiku
Begitu menyebalkan dan memuakkan. 

7 Desember 2015

Apa makna puisi ini? tentu hanya si penulis yang memahami. Namun sekilas puisi ini seperti menyindir kinerja MKD DPR yang kurang gahar mengusut kasus papa minta saham ini. Namun penuntasan kasus ini masih berproses di MKD dan tentu saja masyarakat menaruh harapan agar MKD menunaikan tugasnya menjaga marwah DPR dengan sejujur-jujurnya.
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com

.

Info AgenTerpercaya © 2015 Agen Terpercaya IDN