Presiden Iran Tolak hidangan Presiden Prancis karena tidak halal
AGEN POKER TERPECAYA
Makan siang yang dilakukan Presiden Iran dan Prancis seharusnya berlangsung pada Kamis (28/01). Namun pertemuan itu batal karena Presiden Prancis tidak memenuhi permintaan terkait halal.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, sedang melakukan perjalanan ke Eropa untuk bertemu pemimpin-pemimpin negara di sana. Prancis pun tak terlewat dalam daftar kunjungannya.
Saat berada di sana, ia seharusnya melakukan santap siang dengan Presiden Prancis, Francois Hollande, di Elysee Palace. Tapi rencana pada kunjungan pertama di Prancis itu batal.
Berawal dari permintaan Rouhani untuk menyajikan menu halal sesuai aturan Islam. Ini berarti tak ada wine juga di meja saat jamuan berlangsung. Namun Prancis tetap bersikeras menyajikan hidangan lokal dan wine.
Dilansir dari The Daily Mail (28/01), pihak Hollande mengatakan bahwa menyiapkan makanan 'ramah Iran' melawan nilai-nilai republik Prancis. Duta besar Prancis untuk Amerika, Gerard Araud, ikut mendukungnya.
"Ini bukan halal yang jadi masalah, tapi wine. Tidak ada yang seharusnya membatasi siapa pun untuk minum atau tidak minum," sebut Gerard Araud dalam Twitter-nya, seperti dilansir dari USA Today (28/01).
Elysee Palace kemudian menyarankan sarapan dengan Rouhani. Pemimpin Iran itu pun menolaknya. Akhirnya kedua presiden bertemu di luar waktu makan.
Rouhani sempat berkunjung ke Italia sebelum Prancis. Sebaliknya, Italia memastikan kunjungan Rouhani berjalan lancar. Termasuk dengan peniadaan alkohol dari menu makan malam kenegaraan, meski wine jadi bagian kulinernya.
Pihak Italia juga menutupi beberapa patung telanjang dengan kotak besar di museum Campidoglio, Roma selama kunjungan. Ini dilakukan untuk menjaga pandangan muslim dari seni berbentuk manusia itu. Padahal menurut Rouhani, ia tidak membuat permintaan khusus pada pejabat museum untuk menutupi patung itu. Ia menghargai semua upaya tersebut.
"Saya tahu bahwa orang Italia sangat ramah, orang-orang yang mencoba membuat tamunya nyaman dan saya berterima kasih untuk ini," tambah Rouhani.
Akan tetapi beberapa politisi Italia mengutuk sikap itu sebagai 'penyerahan budaya.'



