="Rekomendasi judi online Terbaik!"

Kamis, 20 Oktober 2016

Film Kartun Hingga Dada Robot Disensor, Seporno Itukah Kita?















AGEN INFO CASINO - Kebijakan untuk mensensor hal-hal berbau pornografi dalam sebuah tayangan televisi adalah sebuah terobosan baik buat masyarakat. Langkah seperti ini bisa dibilang menjadi sebuah filter untuk masyarakat agar selalu disuguhkan dengan tayangan yang bermanfaat dan pastinya bebas dari pornografi. Namun bagaimana jadinya bila sensor itu justru diterapkan secara berlebihan?

Yap, fenomena itulah yang akhir-akhir ini menjadi perhatian banyak orang. Banyak yang menganggap kalau lembaga sensor terlalu over dalam melakukan tugasnya. Kita ambil satu contoh di mana tayangan film kartun menjadi korbannya.

Masih membekas di ingatan saat beberapa judul film anak kena sensor. Satu tayangan yang menjadi bukti nyatanya adalah Doraemon. Ada satu adegan di mana saat itu memperlihatkan karakter Shizuka yang tengah memakai bikini. Bagian inilah yang lalu diburamkan saat ditayangkan di televisi.


Belum cukup sampai di situ, ada pula serial Spongebob yang ikut menjadi korban sensor. Hampir sama dengan kasus Shizuka, karakter Sandy Tupai yang digambarkan memakai bikini juga dianggap tak layak untuk ditayangkan begitu saja tanpa adanya sensor.

Publik semakin tak habis pikir saat tayangan malam puncak Puteri Indonesia 2016 juga tak luput dari sensor. Beberapa kontestan yang kala itu memakai setelan kebaya disensor atau dikaburkan di bagian yang agak terbuka. Apakah outfit kebaya itu mengandung unsur pornografi? Rasanya sama sekali tidak.

Banyak yang mempertanyakan kebijakan tersebut. Padahal di sisi lain, kebaya adalah pakaian tradisional yang sudah melekat dalam sejarah Indonesia sejak lama. Tentunya seiring perkembangan zaman, model-model kebaya pun kian modern. Bagaimana mungkin kekayaan bangsa seperti kebaya justru menjadi korban sensor di negara sendiri?

Sebenarnya ada beberapa kriteria yang dimasukkan ke dalam kategori 'harus sensor' seperti contohnya menampilkan bagian tubuh yang tak pantas. Selain itu, adegan berbagi kekerasan seperti pemukulan, menusuk hingga menendang juga bisa dikategorikan ke dalam tayangan wajib sensor.


Nah, beberapa waktu yang lalu ada satu kejadian unik di mana tayangan memerah sapi dianggap menyalahi aturan tersebut hingga menjadi korban sensor. Pertanyaannya, apakah anggota tubuh binatang juga tidak layak untuk ditayangkan? Dan apakah kegiatan seperti memerah sapi mengandung unsur pornografi ataupun kekerasan?

Hujatan publik semakin kencang saat sebuah stasiun televisi melakukan sensor untuk tayangan cabang olahraga renang di ajang PON XIX Jabar. Ada sebuah tayangan yang mana tubuh seorang perenang diburamkan. Please deh, bukannya sudah wajar ya apabila seorang perenang memakai pakaian ketat demi keamanan serta kenyamanannya? Apakah dia harus memakai jaket saat beraksi di kolam? Ada pula kejadian di mana dada robot dari film AUTOMATA kena blur.


Lalu pertanyaannya, seporno itukah pikiran kita sehingga tayangan memerah susu hingga dada robot pun harus disensor?

Kejadian ini tentu saja memancing komentar dari kalangan publik. Julia Perez adalah salah satu contoh nama yang langsung memberikan kritikannya terhadap fenomena sensor berlebihan ini. Tak cukup sampai di situ, pelantun tembang Belah Duren itu lalu menegaskan kalau sebenarnya kita sudah dewasa untuk membedakan mana yang porno dan tidak.

"Yaaa nggak gini juga kali ya. Santai aja. Kebangetan ini mah. Nggak usah tayang aja sekalian yang bagian renang apapun lah. Nggak semuanya mengandung porno!! Kembali lagi ke otak masing-masing. Cabang-cabang lain gimana? Tarian-tarian tradisi kita lama-lama di-blur juga. Ini indonesia bukan Arab," tulis Julia Perez dalam Instagram-nya.

"Kita orang-orang cerdas bisa membedakan mana porno mana olahraga atau tradisional, patung, kartun, baju kebaya. Terpasung di negara sendiri. Kelewatan ini mah! Yang harus di sensor itu koruptor!!!! Pembunuhan!!! Poligami!!," tambahnya.

Pihak KPI sendiri akhirnya buka suara menanggapi berbagai hujatan dari publik. Menurut mereka, KPI sama sekali tak ada kaitannya dengan blur di PON XIX Jabar kemarin. Bahkan sebaliknya, mereka sama sekali tidak ada niatan mengekang semangat pemberitaan maupun kreativitas tim produksi dalam membuat tayangan.

"Blur pada tayangan tersebut dilakukan oleh LP itu sendiri, bukan atas perintah KPI. Saat ini KPI sedang melakukan verifikasi agar mampu memberi penjelasan kepada publik atau pengarahan kepada LP secara komprehensif. Prinsipnya, KPI tidak ada niatan mengekang semangat pemberitaan maupun kreativitas tim produksi dalam membuat tayangan. Namun harus dihindari adanya eksploitasi tubuh, khususnya perempuan dalam berbagai tayangan," bunyi pernyataan KPI.


Tak bisa dipungkiri, sensor yang tak tepat sasaran seperti ini sedikit atau bahkan banyak bakalan menghapus nilai estetika dari tayangan itu sendiri. Di sisi lain, para penonton juga dianggap belum terlalu cerdas untuk memilih mana tayangan yang berkualitas buat dirinya. Memang bakalan salah kalau sensor dihapuskan sepenuhnya dari televisi. Bakalan banyak tayangan-tayangan kurang pantas yang tentunya menjadi perusak moral masyarakat.

Dan kalaupun harus membahas jalan keluarnya, langkah paling tepat (mungkin) melihat lebih dalam isi atau makna dari sebuah adegan maupun tayangan. Begitu juga dengan mempertegas makna dari apa pornografi itu sendiri. Bila mengambil acuan KBBI, pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi.

Setelah memperjelas standar pornografi itu sendiri, apakah kita tetap menilai kalau tayangan memerah susu bisa dimasukkan ke dalam kategori pornografi? Apakah bikini di film kartun, dada robot hingga aksi perenang memang dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks?

Bagaimana komentar kalian? Apakah kalian memiliki pendapat sendiri tentang fenomena sensor ini?
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com

.

Info AgenTerpercaya © 2015 Agen Terpercaya IDN