="Rekomendasi judi online Terbaik!"

Kamis, 08 Desember 2016

Langkah Nasionalisme Pertama, Berdirinya Bank Indonesia

AGEN INFO CASINO - Nasionalisme Indonesia sudah mulai sejak zaman pergerakan pada awal 1920an. Kongres pemuda menjadi simbol kesatuan itu namun puncak nasionalisme terjadi pasca Proklamasi Kemerdekaan 1945. Untuk menjadi negara yang berdaulat sepenuhnya, para pendiri negara sadar akan pentingnya menjadi berdikari secara ekonomi. Langkah itupun dimulai ketika Indonesia berani memutuskan untuk menasionalisasi aset peninggalan Belanda. De Javasche Bank adalah target pertama langkah berani itu ketika pada 6 Desember 1951 bank sentral bikinan Belanda itu resmi berubah nama menjadi Bank Indonesia.

Bisa dibilang keputusan ini ditempuh karena ulah pemerintah Belanda sendiri. Saat itu De Javasche Bank masih memegang peranan penting bagi negara baru bernama Indonesia. Fungsinya masih belumlah berubah seperti saat pertama didirikan pada 1828 yakni sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Namun Belanda seperti enggan melepaskan pengaruhnya di Indonesia. Pemerintah Belanda mewajibkan Indonesia untuk mengkonsultasikan lebih dulu perubahan personalia direksi bank. Selain itu konsultasi juga wajib dilakukan untuk kredit-kredit yang akan diberikan oleh De Javasche Bank kepada Pemerintah Indonesia.

Bagi Indonesia ketentuan seperti itu dianggap menghambat dalam menjalankan kebijakan moneter dan ekonomi yang dikehendaki. Oleh karena itu, terdapat desakan-desakan aagar De Javasche Bank di nasionalisasikan dan menjadi bank milik pemerintah Indonesia. Maka dibentuklah Panitia Nasionalisasi De Javasche Bank pada 19 Juni 1951. Mereka bertugas mengajukan usul mengenai nasionalisasi, rencana undang-undang nasionalisasi serta merencanakan undang-undang yang baru mengenai Bank Sentral.

Mr. Syafruddin Prawiranegara tercatat sebagai Presiden De Javasche Bank terakhir sekaligus sebagai Gubernur Bank Indonesia pertama. Ia diangkat berdasarkan keputusan Presiden RI No. 123 tanggal 12 Juli 1951. Pemerintah Indonesia juga bersedia membeli semua aset, saham, dan sertifikat milik De Javasche Bank dengan kurs 120 persen mata uang Nederland. Penetapan nasionalisasi De Javasche Bank ditegaskan dalam Undang Undang No.24 tahun 1951 tentang nasionalisme De Javasche Bank N. V. Menjadi bank Indonesia. Sejak saat itulah Indonesia mulai membangun pasak perekonomiannya secara lebih mandiri.

Masa-masa awal Bank Indonesia berdiri bukanlah tanpa hambatan. Menurut mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono dalam bukunya, Ekonomi Indonesia dalam Lintas Sejarah, satu dekade awal sejak berdirinya, Bank Indonesia seperti mengalami badai yang tak kunjung mereda. Di sinilah peran seorang Syafruddin Prawiranegara diuji. Ia bukanlah orang baru dalam kancah dunia perekonomian Indonesia pada masa itu.

Sebelum menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Syafruddin Prawiranegara menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta. Salah satu langkah kebijakan moneter yang dikenang hingga saat ini adalah Gunting Syafruddin. Kebijakan Gunting Syafrudin dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk–utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung pada Maret 1950, sekira satu tahun sebelum Bank Indonesia berdiri.

Dengan kebijaksanaan yang kontroversial itu, Syafrudin bermaksud sekali pukul menembak beberapa sasaran: penggantian mata uang yang bermacam-macam dengan mata uang baru, mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan inflasi dan dengan demikian menurunkan harga barang, dan mengisi kas pemerintah dengan pinjaman wajib yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 miliar.

Dalam prakteknya, Gunting Syafruddin mewajibkan kepada warga Indonesia untuk menggunting jadi dua bagian “uang merah” (uang buatan NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula. Guntingan bagian kiri itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di bank dan tempat-tempat yang telah ditunjuk. Sementara itu guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula, dan akan dibayar 40 tahun kemudian dengan bunga 3% setahun. Kebijakan itu berlaku selama lima bulan tepatnya pada 9 Agustus 1950.

Hingga 1959, satu per satu bank milik Belanda yang masih beroperasi di Indonesia mulai dinasionalisasi seperti halnya De Javasche Bank dulu. Tentu saja Bank Indonesia sebagai satu-satunya bank milik negara memiliki andil besar dalam upaya nasionalisasi itu. 
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com

.

Info AgenTerpercaya © 2015 Agen Terpercaya IDN