Yuk, Tengok Mata Uang Nusantara Dari Masa ke Masa!
AGEN INFO CASINO - Bank Indonesia baru saja mengeluarkan 11 desain baru mata uang rupiah yang terdiri dari 7 pecahan uang kertas dan 4 pecahan uang logam. Semua mata uang yang dikeluarkan memiliki desain gambar pahlawan yang berbeda dari mata uang sebelumnya.Desain uang baru ini sejalan dengan rencana BI menerbitkan uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hampir semua wajah pahlawan di uang tunai berganti, kecuali pecahan Rp100.000.
Sebenarnya sejak Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, pemerintah sudah beberapa kali mengeluarkan desain mata uang. Setiap masa memiliki ciri khas dalam desain dan warna.
Kebiasaan itu mengikuti tradisi dalam transaksi ekonomi sejak zaman pra kolonial hingga kolonial atau ketika bangsa Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang masih menguasai wilayah nusantara. Seperti apa sih penampakan mata uang nusantara dari masa ke masa?
Pada masa Hindu-Budha, mata uang masyarakat Jawa berupa potongan emas dan perak, berbentuk setengah bulat, segiempat, atau segitiga, dan terdapat cap bergambar jambang, tiga kuntum bunga, atau tiga tunas daun.
Mata uang seberat 2,4 gram ini digunakan pada zaman Kerajaan Mataram, Kediri, dan Singasari, hingga awal kemunculan Majapahit sekira abad ke-14, yang juga mengedarkan uang tembaga, kuningan, dan timah.
Masa perkembangan Islam ditandai dengan kemunculan kerajaan-kerajaan Islam dari abad ke-13 sampai ke-19. Mata uang kerajaan Islam sebagian besar bertuliskan nama-nama sultan dan tahun hijriyah dengan huruf Arab atau Jawi. Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh Darussalam membuat uang emas disebut derham, uang timah kasha, dan uang perak.
Kerajaan Banten mengedarkan kasha dari tembaga, yang pada satu sisinya bertuliskan huruf Jawa: Pangeran Ratu ing Bantam. Kerajaan Cirebon merilis uang buatan orang Cina, picis. Di sekeliling lubang uang timah yang tipis dan mudah pecah ini tertulis: Chirebon. Kerajaan Gowa mengedarkan uang emas, jingara dan uang campuran timah dan tembaga, kupa.
Awal abad ke-16, pedagang Portugis mengenalkan uang pasmat dan real dari perak. Kemudian, masa kolonial Belanda beredar uang dengan berbagai nilai satuan: schelling, dukat, dukatoon, duit, stuiver, rijksdaalder, dan gulden.
Menjelang dan setelah VOC bubar, dibuat uang darurat, bonk, terbuat dari potongan-potongan batang tembaga segiempat yang dicetak di Batavia; dan uang bertuliskan INDIAE BATAVORUM. Dan pada 1806-1811 beredar uang logam dan kertas berharga bertuliskan LN: Louis Napoleon.
Ketika Inggris datang (1811-1816), di Jawa beredar bermacam uang dari emas, perak, tembaga, dan timah. Salah satu yang terkenal adalah rupee Jawa, yang pada kedua sisinya tertera tulisan dengan huruf Jawa dan Arab. Mata uang Inggris dengan monogram UEIC (United East India Company) beredar di Bengkulu sejak 1783 dengan satuan suku dan keeping.
Kembalinya kekuasaan Belanda, diperkenalkan uang ringgit Belanda Seri Raja Willem der Nederlanden tahun 1840, Raja Willem II der Nederlanden tahun 1848, Raja Willem III der Nederlanden tahun 1865, dan Ratu Wilhelmina der Nederlanden tahun 1930. Bahkan ada uang yang menjadi saksi penderitaan buruh, yakni token perkebunan yang muncul pada era tanam paksa.
Ketika Jepang menduduki Indonesia, uang kertas yang beredar masih menggunakan bahasa Belanda dengan satuan gulden, sehingga disebut gulden Jepang. ketika Jepang menghapus segala hal berbau Belanda, Jepang memberlakukan uang yang dicetak dalam bahasa Indonesia dan Jepang. Uang kertas yang disebut rupiah Jepang ini tidak bernomor seri dan tidak bertanda tangan pejabat berwenang.
Pada 26 Oktober 1946, pemerintah Indonesia memberlakukan mata uang Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) sebagai alat tukar yang sah di seluruh wilayah Indonesia. Meski ORI resmi beredar pada 31 Oktober 1946, namun tanggal cetak yang tercantum, 17 Oktober 1945.
Pada periode 1947-1949, beberapa daerah mengeluarkan Oeang Repoeblik Indonesia Daerah (ORIDA). Hal ini dilakukan buat menahan gempuran uang NICA serta jurus pemalsuan ORI yang dilancarkan Belanda. Peredaran ORIDA berhenti sejak Maret 1950, seiring terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).