="Rekomendasi judi online Terbaik!"

Jumat, 21 Desember 2018

5 Aturan orangtua di Jepang dalam mendidik anak, jaga emosi

AGEN JUDI ONLINE - Bagi setiap orangtua pastinya anak-anak adalah segalanya. Sebagai bagian yang penting, orangtua biasanya akan memberikan apapun untuk kebaikan sang anak, termasuk pendidikan.

Pendidikan sendiri bukan hanya soal pengajaran di sekolah. Lebih dari itu, pendidikan yang paling utama dan paling awal adalah justru dari orangtua sejak si anak lahir.

Cara mendidik setiap orangtua pastinya berbeda-beda. Terlebih orangtua dari antarnegara, tentunya memiliki aturan dan prinsip masing-masing. Di antara berbagai negara, salah satu yang terkenal dengan sistem pendidikan yang baik adalah negara Jepang.

Ada aturan dan prinsip tertentu yang dijalankan masyarakat Jepang, terutama seorang ibu dalam mendidik anak. Aturan apa sajakah itu? Berikut rangkum informasinya dilansir dari brightside.me, Kamis (20/12).

1. Menjaga kedekatan hubungan ibu dan anak.

Di Jepang, hubungan antara ibu dan anaknya terbilang sangat kuat. Mereka tidur bersama dan sang ibu selalu membawa anak-anak mereka di mana pun. Ibu menerima semua yang dilakukan anak-anaknya. Bagi ibu-ibu di Jepang, anak-anak mereka adalah sempurna.

Ada sebuah aturan utama di Jepang yang mengatakan bahwa sebelum seorang anak berusia 5 tahun, mereka diizinkan untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Hal ini pun dilihat orang asing melihat sebagai pandangan yang terlalu berlebihan.

Meski begitu, tujuan dari prinsip ini adalah untuk menciptakan hubungan cinta yang kuat antara ibu dan anak. Dengan begitu, anak-anak dapat bergantung pada orang tua, dan orang tua yang lanjut usia pun dapat menerima dukungan dari anak mereka saat sudah dewasa.

Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan Amerika dan Jepang yang membuktikan ada hubungan antara gaya asuh anak dan perilaku anak-anak. Para peneliti mengklaim bahwa sikap positif orang tua dapat mengurangi risiko perilaku bermasalah anak-anak.

2. Menjalankan tahapan pengasuhan anak.

Menurut sistem pendidikan Jepang yang terkenal, anak-anak sempurna diasuh sebelum berusia 5 tahun. Lalu mereka diajarkan untuk menjadi seseorang layaknya pelayan dari usia 5 hingga 15 tahun, dan dianggap sama seperti orang dewasa pada usia 15 tahun. Tetapi banyak orang asing tidak mengerti cara ini.

Filosofi ini bertujuan untuk meningkatkan anggota masyarakat yang kolektif, di mana kepentingan pribadi bukanlah hal yang paling penting.

Pada tahap pertama, orang tua akan berbagi kasih dan perhatian secara penuh pada anak-anak mereka. Tahap kedua, seorang anak belajar untuk hidup dengan aturan masyarakat dan mencoba untuk menemukan tujuan mereka di dunia. Karena kelekatan ibu dan anak sangat kuat, seorang anak biasanya akan berusaha melakukan segalanya dengan benar agar tidak membuat ibu mereka marah. Pada tahap ketiga, seorang anak baru bisa menjadi anggota penuh masyarakat.

3. Keluarga adalah salah satu hal paling penting.

Sebagai aturan yang dipercayai masyarakat, para ibu di Jepang menghabiskan banyak waktu bersama. Mereka pun tidak mengirimkan anak-anak mereka ke taman kanak-kanak sebelum berusia 3 tahun. Orangtua di Jepang biasanya tidak meminta kakek-nenek untuk mengasuh anak-anak mereka dan tidak mempekerjakan pengasuh atau baby sitter.

Meski tidak diasuh oleh kakek-nenek, namun anak-anak di Jepang saat tumbuh besar bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga dan kerabat lainnya. Hubungan mereka dengan anggota keluarga benar-benar hangat dan penuh perhatian. Keluarga terdiri dari orang-orang yang selalu mendukung dan melindungi satu sama lain.

4. Orang tua adalah panutan.

Ada eksperimen yang melibatkan ibu Jepang dan Eropa. Mereka diminta untuk membangun piramida. Ibu-ibu Jepang membangun piramida sendiri dan kemudian meminta anak-anak mereka untuk mengulanginya. Jika anak-anak gagal membangunnya, mereka akan mulai membangun piramida lagi.

Sedangkan ibu-ibu di Eropa menjelaskan bagaimana membangun piramida dan meminta anak mereka untuk mencoba. Jadi ibu-ibu dari Jepang mengikuti aturan "lakukanlah seperti yang aku lakukan," dan ibu-ibu dari Eropa menyuruh anak-anak mereka melakukan semuanya sendiri tanpa memberikan contoh.

Ibu-ibu dari Jepang tidak membuat anak-anak melakukan hal-hal yang diminta untuk mereka lakukan. Mereka memberi contoh dan menunjukkan bagaimana hal-hal harus dilakukan.

5. Memperhatikan emosi anak.

Untuk membuat seorang anak hidup dalam masyarakat yang luas, penting untuk mengajari mereka "melihat" dan menghormati perasaan orang lain.

Ibu-ibu Jepang menghargai perasaan anak-anak mereka dengan tidak membuat mereka merasa malu. Para ibu mengajarkan anak-anak untuk memahami emosi orang lain dan bahkan benda mati. Misalnya, jika anak mencoba merusak mobil mainan mereka, seorang ibu dari Jepang akan berkata, “Mobil yang buruk itu akan menangis.”. Sedangkan seorang ibu di Eropa mungkin hanya akan menegur, “Hentikan. Itu buruk.".
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com

.

Info AgenTerpercaya © 2015 Agen Terpercaya IDN