Ada sejak puluhan tahun, ini rahasia 5 kuliner legendaris Nusantara
AGEN JUDI ONLINE - Kuliner merupakan salah satu daya tarik saat sedang menjelajahi suatu tempat atau daerah. Masing-masing daerah memiliki identitas kuliner yang mereka tonjolkan. Di Indonesia contohnya, setiap kota atau daerah memiliki kuliner khas yang beraneka ragam. Baik dari segi rasa, bentuk, bahan hingga cara pengolahannya.Bukan rahasia lagi jika Indonesia disebut sebagai surganya beragam makanan yang sayang banget buat dilewatkan. Bahkan masakan khas Nusantara tak hanya populer di negeri sendiri, tapi juga sudah menunjukkan taringnya hingga mancanegara.
Saking lezatnya cita rasa kuliner Nusantara, tahun ini salah satu masakan khas Indonesia, rendang, lagi-lagi masuk dalam ajang bergengsi CNN yang bertajuk “50 World’s Most Delicious Food”. Mengalahkan Lasagna khas Itali, rendang berada di urutan ke-11.
Dikenal sebagai surga kuliner, Indonesia memiliki kuliner legendaris yang sudah ada sejak puluhan tahun. Kelezatan dengan cita rasa khasnya berhasil eksis dan menjadi menu andalan di sejumlah warung makan di Tanah Air.
Kamu pasti penasaran kan apa rahasia di balik kesuksesan kuliner legendaris Nusantara itu? Nah, berikut, Rabu (4/4), ulas rahasia di balik eksistensi kuliner khas Nusantara yang sudah melegenda.
1. Mie Aceh Seulawah.
Nama Mie Aceh Seulawah terkenal sejak lama. Buktinya Mie Aceh yang sudah memiliki banyak cabang di Jakarta ini sudah berdiri lebih kurang 20 tahun lamanya.
Rahasia kelezatan Mie Aceh Seulawah yang berdiri sejak 1996 ini rupanya terletak pada bumbu dan mie yang diracik sendiri. Jadi tidak akan bisa ditemui dan dicontek di mana-mana.
Mie Aceh Seulawah memiliki 20 bumbu dan rempah. Tercatat bumbu-bumbu tersebut ada yang masih berasal dari Aceh. Tak heran, Mie Aceh Seulawah tak hanya terkenal di Indonesia saja, melainkan juga sudah sampai ke luar negeri.
2. Konro Mamink Daeng Tata.
Berdiri sejak tahun 1996, warung H. Mamink Daeng Tata di kawasan Tebet, Jakarta Selatan ini sudah melegenda. Warung ini menyajikan kuliner khas Makassar seperti coto makassar, konro (bahasa Makassar untuk iga), dan es pisang ijo. Tapi yang menjadi menu andalan warung ini adalah iga bakar Daeng Tata (Tata Ribs). Menu ini berbahan dasar daging sapi panggang yang dilumuri campuran bumbu kacang dan kecap.
Daging pada iga bakarnya terasa sangat empuk. Rahasia kelezatan menu yang disajikan berasal dari racikan bumbu murni rempah-rempah Indonesia tanpa dicemari bumbu berbahan kimia. Bahkan, konon iga bakar di Mamink Daeng Tata inilah yang menjadi pelopor inovasi konro bakar yang belakangan muncul.
3. Nasi Goreng Kebon Sirih.
Nasi Goreng Kebon Sirih sudah ada sejak tahun 1958. Tak mengherankan jika melegenda di kalangan khalayak ramai. Lidah pun dimanjakan dengan rasa gurih yang berasal dari olahan rempah-rempah dengan tambahan minyak samin.
Sang inisiator di balik kuliner ini adalah almarhum Haji Nein. Resep nasi goreng ini telah bertahan secara turun menurun. Pilihan beras, bumbu, dan daging kambing dijaga secara ketat. Bumbu-bumbu yang digunakan terdiri dari rempah-rempah seperti kapulaga, kunyit, sereh, lada, dan beberapa jenis bumbu lain.
4. Tongseng Pak Budi.
Kelezatan olahan tongseng dan sate Pak Budi dikenal tidak pernah berubah. Warung yang sudah berdiri sejak tahun 1985 ini memiliki cita rasa sangat otentik, dan disebut-sebut berbeda dengan kebanyakan warung tongseng pada umumnya.
Kunci kelezatan tongseng di warung yang berada di Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur ini ada pada bumbu yang diracik sendiri hasil warisan keluarga. Mereka juga tidak mengubah takaran bumbu, kecap, hingga porsi daging dari tahun 1985 sampai kini. Tak heran, warung ini sudah memiliki cabang di beberapa daerah lainnya, seperti Bintaro, Tangerang Selatan dan Bekasi.
5. Nasi Pindang Pak Ndut.
Selain terkenal dengan lumpia, Kota Semarang menyimpan kuliner lain yang tak kalah lezat, yakni Nasi Pindang Pak Ndut. Menu ini terdiri dari nasi putih, potongan daging sapi serta daun melinjo yang disiram dengan kuah pindang yang khas dan kaya rempah. Penyajiannya juga khas. Nasi pindang ini disajikan di piring yang dialasi daun pisang.
Kabarnya, Pak Ndut sudah mulai berjualan nasi pindang ini sejak 50 tahun lalu lho. Awalnya Pak Ndut, berjualan di Jalan Petugungan, Semarang dengan mengandalkan pikulan. Pada tahun 1973, pikulan Pak Ndut pindah ke Lapangan Diponegoro. Setelah itu usahanya semakin berkembang dan memiliki kios permanen di Jalan Stadion Selatan, Depan BK.D Semarang.